Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi pada saat itu. Berbagai taktik perjuangan dilakukan untuk terus memperjuangkan bangsa Indonesia.
Ada tiga strategi perjuangan yang dilakukan yaitu melalui organisasi bentukan jepang, gerakan rahasia/bawah tanah dan perlawaan bersenjata. Semua itu mempunyai cita-cita yang sama yaitu mewujudkan Indonesia merdeka.
1. Melalui Organisasi bentukan Jepang
Beberapa organisasi dibentuk jepang untuk bangsa Indonesia dibelokkan tujuan awalnya oleh para pemimpinnya terutama dari bangsa Indonesia. Mereka menggunakan untuk menggembleng semangat cinta tanah air anggotanya.
- Contohnya Putera, organisasi yang dipimpin Ir. Soekarno. menyadari hal tersebut Pemerintah Jepang akhirnya membubarkan Putera dan digantikan Barisan Pelopor.
- Selain Putera ada organisasi Jawa Hokokai, Majelis Islam A’la Indonesia, Masyumi, Chuo Sangi In, BPUPKI dan PPKI.
2. Gerakan Rahasia/Bawah Tanah
Tidak semua pemimpin pergerakan nasional bersedia bergabung dalam organisasi bentukan pemerintah jepang. mereka berjuang secara rahasia, tidak melakukan perjuangan senjata, melainkan terus menggalang soldiratitas dan menguatkan cita-cita perjuangan kemerdekaan.
- Tokoh-tokoh yang termasuk dalam gerakan bawah tanah adalah, Sutan Sjahrir, Achmad Soebardjo, AA Maramis, Amir Sjarifudin, Sukarni, Wikana dan Chairul Saleh.
- Kegiatan yang dilakukan secara rahasia antaralain menjalin komunikasi antarkelompok pergerakan, mengadakan persiapan bagi kemerdekaan, dan memantau keadaan perang di luar negeri dengan mendengarkan siaran radio sekutu.
3. Perlawanan Bersenjata
Kesengsaraan kehidupan dan tekanan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia membuat perlawanan langsung terhadap Jepang terjadi di berbagai daerah, antara lain:
- Cot Plieng (Aceh) dipimpin Tengku Abdul Jalil pada tanggal 10 November 1942
- Sukamanah (Jawa Barat) dipimpin KH Zaenal Mustafa melakukan perlawanan menentang seikerei yakni menghormati Kaisar Jepang pada 24 Februari 1944
- Pada bulan Juli 1944, rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu memberontak terhadap Jepang. Para petani dipimpin H. Madrian menolak pungutan padi yang terlalu tinggi.
- Perlawanan PETA di Blitar, Jawa Timur dipimpin Supriyadi, seorang Shodanco (Komandan pleton) PETA tanggal 14 Februari 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar