APERSEPSI (AJUKAN PERTANYAAN SETIAP HARI)
Oleh: SUSENO,
S.Pd.
Fact (Peristiwa)
Latar
Belakang
Laporan hasil studi PISA tahun 2018 menunjukan bahwa
untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat ke-74 dari 79
negara. Aktifitas membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Apalagi di masa pandemi covid-19 merubah banyak hal dalam kehidupan,
termasuk dunia pendidikan. Pendidikan dipaksa dilaksanakan dari rumah dengan
dibimbing oleh orang tua. Anak lebih akrab dengan gawai yang digunakan sebagai
sarana pembelajaran jarak jauh dalam jaringan, dibandingkan dengan buku. Hal
ini berdampak pada kurangnya minat baca anak terhadap buku dan aktifitas membaca
bermakna. Anak cenderung lebih banyak berkutat dengan gawainya untuk bermain
game atau bersosial media.
Setelah kebijakan PTMT diterapkan anak mulai kembali berangkat
ke sekolah dan sedikit menjauh dengan gawainya. Namun untuk memulai kembali budaya
membaca buku harus melalui perjuangan yang tidak mudah. Minat baca yang rendah
ini membawa dampak pada kegiatan pembelajaran tersendat. Oleh karena itu upaya peningkatan
literasi melalui program APERSEPSI (Ajukan Pertanyaan Setiap Hari) ini diharapkan
dapat meningkatkan budaya literasi dan kesiapan belajar siswa di SMPN 1 Ayah. Pada
saat siswa membaca maka diharapkan menemukan data/fakta baru yang belum
dipahami, sehingga munculah pertanyaan. Pertanyaan inilah yang kemudian ditulis
dan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Deskripsi Aksi Nyata
Program APERSEPSI bertujuan meningkatkan budaya membaca.
Dengan membiasakan diri membaca buku diharapkan siswa muncul rasa ingin tahu
lebih dan muncul banyak pertanyaan dan dapat menuliskan sebagai bahan/acuan
guru dalam pembelajaran. Sehingga guru memiliki pemahaman terhadap kesiapan dan
profil belajar murid. Berbekal modal inilah maka pembelajaran yang dilakukan guru
menjadi berpusat pada murid karena titik awal pemahaman dari pertanyaan siswa
itu sendiri.
Tahap
Pelaksanaan
Sebelum dimulai program ini, CGP berkonsultasi dengan
kepala sekolah tentang rencana program yang berdampak kepada murid. Alhamudlillah
kepala sekolah mendukun dan memberi kesempatan CGP untuk melakukan sosialisasi
kepada guru dan wali murid. Selanjutnya CGP melakukan sosialisasi program
kepada guru pada forum berbagi komunitas praktisi. Wali Kelas melakukan sosialisasi
kepada wali murid. Dan yang terakhir guru melakukan sosialisasi kepada murid
dan menerapkan kegiatan Apersepsi sebagai bagian dari proses pembelajaran di
kelas.
Dalam pelaksanaan APERSEPSI di lapangan, ada beberapa cara
yang diterapkan guru. Pertama menyampaikan materi satu hari sebelumnya agar siswa
membaca dan membuat pertanyaan di rumah. Ada juga guru yang menyampaikan bahan
sepekan sebelumnya dan siswa meminta membuat pertanyaan untuk pertemuan yang
akan dating. Ada juga guru yang langsung melakukan pada hari itu juga dengan memberi
kesempatan membaca 5-10 menit dan meminta siswa membuat pertanyaan ditulis di
kertas maupun di papan tulis.
Setelah pertanyaan tersampaikan, guru memberi kesempatan
kepada siswa lain untuk menemukan jawaban dari pertanyaan temannya. Guru melakukan
pengelompokan pertanyaan berdasar urutan kompetensi/materi dan menganalisis
tingkat kesukaran soal. Guru mempersilahkan siswa secara bergantian menyampaikan
jawabannya berdasar nomor soal yang sudah diurutkan oleh guru. Guru memberi apresiasi
terhadap setiap jawaban siswa dan memberi penguatan agar lebih mengena. Langkah
terakhir siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu dan melakukan
refleksi akhir.
Pada minggu pertama banyak siswa belum dapat membuat
pertanyaan dengan baik. Siswa harus diarahkan untuk menemukan masalah yang
mereka tidak pahami. Bahkan beberapa siswa tidak tahu mata pelajaran hari itu
karena salah membaca jadwal. Alhasil untuk dapat sampai pada tujuan pembelajaran
memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada minggu kedua, siswa sudah memiliki bekal soal
dari rumah dan tidak hanya satu untuk agar tidak sama dengan teman-temannya.
Tidak ada lagi siswa yang salah jadwal karena guru mengingatkan kegiatan pembelajaran
satu hari sebelumnya. Jenis pertanyaan mulai bervariasi, dan antusiasme siswa
dalam menjawab lebih meningkat.
Pada minggu ketiga, semua siswa mampu menunjukan
kemampuan menulis pertanyaan dengan baik. Siswa sudah berani maju menulis pertanyaan
dan menjawab tanpa menunggu diperintah. Pembelajaran lebih efektif dan siswa
merasa lebih senang dan antusias sampai semua soal terjawab sebelum waktu
habis. Guru memiliki lebih banyak waktu untuk memberi penguatan materi dan
menyampaikan refleksi serta rencana pembelajaran yang akan datang.
Feeling (Perasaan)
Saya merasa senang siswa bersemangat membaca agar
dapat membuat pertanyaan yang menarik. Pembelajaran lebih bermakna karena apa yang
dibahas adalah dating dari pertanyaan siswa. Siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk berlatih bertanya maupun menjawab. Karena biasanya hanya didominasi
siswa tertentu yang aktif saja. Sedangkan siswa lain menjadi malasa atau memang
enggan karena tidak tertarik. Yang membuat saya sedikit sedih adalah kemampuan
membuat pertanyaan mayoritas masih pada level 1 (ingatan) hal ini harus ditingkatkan
lagi.
Saya merasa bahagia dapat berbagi dan mengajak rekan guru
lain mencoba menerapkan di kelas mereka. Tentu saja dengan menyesuaikan jenis
mapel dan materi saat itu. Beberapa guru sudah mencoba menerapkan dan dapat berjalan
dengan baik dan tentu saja dengan beberapa catatan perbaikan di masa datang.
Hambatan yang ditemui
Pada saat membuat pertanyaan masih ada siswa yang hanya
menyalin dari buku, belum mampu memproduksi pemikirannya sendiri. Hal ini
menjadi catatan agar guru juga membiasakan diri tidak membuat soal yang teksbook,
karena akan mudah ditebak oleh siswa.
Masih ditemukan siswa yang tidak siap mengikuti pembelajaran
dibuktikan denga nada yang salah jadwal dan jika sudah tidak mau membaca buku
sebelum pembelajaran. Hal ini mendorong guru agar dapat memberi motivasi belajar
dan membuat kesadaran akan pentingnya membaca.
Keberhasilan yang Diraih
Kemampuan bertanya dapat diasah dimulai dengan
membaca. Kelas yang semula pasif karena guru menyampaikan materi secara monoton
sedangkan siswa hanya mendengar saja,
menjadi aktif dan berpusat pada siswa. Selain itu kesempatan
berpartisipasi dalam pembelajaran aktif sangat membantu siswa mengembangkan
dirinya. Anak yang tidak biasa menyampaikan pertanyaan lisan secara langsung,
mendapat kesempatan yang sama dengan cara menuliskannya terlebih dahulu.
Future (Rencana
Penerapan ke Depan)
Setiap siswa dapat mengajukan pertanyaan dan tidak
terbatas pada apa yang ada di buku, namun dihubungkan dengan realita di
lingkungannya. Kemampuan ini yang harus didorong agar pembelajaran semakin
berkualitas karena berbasis masalah yang ada di lingkungan sekitar. Pelibatan orang
tua perlu diintensifkan lagi, dan menjadi bagian dari sasaran program ini misalkan
dengan mengajukan pertanyaan kepada putra/putrinya tentang materi pembelajaran
di sekolah. Sehingga ada control terhadap proses dan kemajuan pembelajaran
putra/putrinya. Selain itu bagi guru diharapkan dapat mengarahkan siswa agar
dapat menemukan pemahamannya sendiri dengan selalu menerapkan pembelajaran yang
berpusat pada murid. Bagaimanapun pengalaman belajar siswa inilah yang akan
menjadi bekal masa depan, bukan nilai atau isi materinya, melainkan kebiasaan
atau budaya belajar yang akan menentukan masa depan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar