Aksi Nyata Modul 3.3 PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 


APERSEPSI
(AJUKAN PERTANYAAN SETIAP HARI)

Oleh: SUSENO, S.Pd.

Fact (Peristiwa)

Latar Belakang

Laporan hasil studi PISA tahun 2018 menunjukan bahwa untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat ke-74 dari 79 negara. Aktifitas membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Apalagi di masa pandemi covid-19 merubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan dipaksa dilaksanakan dari rumah dengan dibimbing oleh orang tua. Anak lebih akrab dengan gawai yang digunakan sebagai sarana pembelajaran jarak jauh dalam jaringan, dibandingkan dengan buku. Hal ini berdampak pada kurangnya minat baca anak terhadap buku dan aktifitas membaca bermakna. Anak cenderung lebih banyak berkutat dengan gawainya untuk bermain game atau bersosial media.

Setelah kebijakan PTMT diterapkan anak mulai kembali berangkat ke sekolah dan sedikit menjauh dengan gawainya. Namun untuk memulai kembali budaya membaca buku harus melalui perjuangan yang tidak mudah. Minat baca yang rendah ini membawa dampak pada kegiatan pembelajaran tersendat. Oleh karena itu upaya peningkatan literasi melalui program APERSEPSI (Ajukan Pertanyaan Setiap Hari) ini diharapkan dapat meningkatkan budaya literasi dan kesiapan belajar siswa di SMPN 1 Ayah. Pada saat siswa membaca maka diharapkan menemukan data/fakta baru yang belum dipahami, sehingga munculah pertanyaan. Pertanyaan inilah yang kemudian ditulis dan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.

Deskripsi Aksi Nyata

Program APERSEPSI bertujuan meningkatkan budaya membaca. Dengan membiasakan diri membaca buku diharapkan siswa muncul rasa ingin tahu lebih dan muncul banyak pertanyaan dan dapat menuliskan sebagai bahan/acuan guru dalam pembelajaran. Sehingga guru memiliki pemahaman terhadap kesiapan dan profil belajar murid. Berbekal modal inilah maka pembelajaran yang dilakukan guru menjadi berpusat pada murid karena titik awal pemahaman dari pertanyaan siswa itu sendiri.

Tahap Pelaksanaan

Sebelum dimulai program ini, CGP berkonsultasi dengan kepala sekolah tentang rencana program yang berdampak kepada murid. Alhamudlillah kepala sekolah mendukun dan memberi kesempatan CGP untuk melakukan sosialisasi kepada guru dan wali murid. Selanjutnya CGP melakukan sosialisasi program kepada guru pada forum berbagi komunitas praktisi. Wali Kelas melakukan sosialisasi kepada wali murid. Dan yang terakhir guru melakukan sosialisasi kepada murid dan menerapkan kegiatan Apersepsi sebagai bagian dari proses pembelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan APERSEPSI di lapangan, ada beberapa cara yang diterapkan guru. Pertama menyampaikan materi satu hari sebelumnya agar siswa membaca dan membuat pertanyaan di rumah. Ada juga guru yang menyampaikan bahan sepekan sebelumnya dan siswa meminta membuat pertanyaan untuk pertemuan yang akan dating. Ada juga guru yang langsung melakukan pada hari itu juga dengan memberi kesempatan membaca 5-10 menit dan meminta siswa membuat pertanyaan ditulis di kertas maupun di papan tulis.

Setelah pertanyaan tersampaikan, guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menemukan jawaban dari pertanyaan temannya. Guru melakukan pengelompokan pertanyaan berdasar urutan kompetensi/materi dan menganalisis tingkat kesukaran soal. Guru mempersilahkan siswa secara bergantian menyampaikan jawabannya berdasar nomor soal yang sudah diurutkan oleh guru. Guru memberi apresiasi terhadap setiap jawaban siswa dan memberi penguatan agar lebih mengena. Langkah terakhir siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu dan melakukan refleksi akhir.

Pada minggu pertama banyak siswa belum dapat membuat pertanyaan dengan baik. Siswa harus diarahkan untuk menemukan masalah yang mereka tidak pahami. Bahkan beberapa siswa tidak tahu mata pelajaran hari itu karena salah membaca jadwal. Alhasil untuk dapat sampai pada tujuan pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama.

Pada minggu kedua, siswa sudah memiliki bekal soal dari rumah dan tidak hanya satu untuk agar tidak sama dengan teman-temannya. Tidak ada lagi siswa yang salah jadwal karena guru mengingatkan kegiatan pembelajaran satu hari sebelumnya. Jenis pertanyaan mulai bervariasi, dan antusiasme siswa dalam menjawab lebih meningkat.  

Pada minggu ketiga, semua siswa mampu menunjukan kemampuan menulis pertanyaan dengan baik. Siswa sudah berani maju menulis pertanyaan dan menjawab tanpa menunggu diperintah. Pembelajaran lebih efektif dan siswa merasa lebih senang dan antusias sampai semua soal terjawab sebelum waktu habis. Guru memiliki lebih banyak waktu untuk memberi penguatan materi dan menyampaikan refleksi serta rencana pembelajaran yang akan datang.

Feeling (Perasaan)

Saya merasa senang siswa bersemangat membaca agar dapat membuat pertanyaan yang menarik. Pembelajaran lebih bermakna karena apa yang dibahas adalah dating dari pertanyaan siswa. Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berlatih bertanya maupun menjawab. Karena biasanya hanya didominasi siswa tertentu yang aktif saja. Sedangkan siswa lain menjadi malasa atau memang enggan karena tidak tertarik. Yang membuat saya sedikit sedih adalah kemampuan membuat pertanyaan mayoritas masih pada level 1 (ingatan) hal ini harus ditingkatkan lagi.

Saya merasa bahagia dapat berbagi dan mengajak rekan guru lain mencoba menerapkan di kelas mereka. Tentu saja dengan menyesuaikan jenis mapel dan materi saat itu. Beberapa guru sudah mencoba menerapkan dan dapat berjalan dengan baik dan tentu saja dengan beberapa catatan perbaikan di masa datang.

      Finding (Pembelajaran)

Hambatan yang ditemui

Pada saat membuat pertanyaan masih ada siswa yang hanya menyalin dari buku, belum mampu memproduksi pemikirannya sendiri. Hal ini menjadi catatan agar guru juga membiasakan diri tidak membuat soal yang teksbook, karena akan mudah ditebak oleh siswa.

Masih ditemukan siswa yang tidak siap mengikuti pembelajaran dibuktikan denga nada yang salah jadwal dan jika sudah tidak mau membaca buku sebelum pembelajaran. Hal ini mendorong guru agar dapat memberi motivasi belajar dan membuat kesadaran akan pentingnya membaca.

Keberhasilan yang Diraih

Kemampuan bertanya dapat diasah dimulai dengan membaca. Kelas yang semula pasif karena guru menyampaikan materi secara monoton sedangkan siswa hanya mendengar saja,  menjadi aktif dan berpusat pada siswa. Selain itu kesempatan berpartisipasi dalam pembelajaran aktif sangat membantu siswa mengembangkan dirinya. Anak yang tidak biasa menyampaikan pertanyaan lisan secara langsung, mendapat kesempatan yang sama dengan cara menuliskannya terlebih dahulu.

 

Future (Rencana Penerapan ke Depan)

Setiap siswa dapat mengajukan pertanyaan dan tidak terbatas pada apa yang ada di buku, namun dihubungkan dengan realita di lingkungannya. Kemampuan ini yang harus didorong agar pembelajaran semakin berkualitas karena berbasis masalah yang ada di lingkungan sekitar. Pelibatan orang tua perlu diintensifkan lagi, dan menjadi bagian dari sasaran program ini misalkan dengan mengajukan pertanyaan kepada putra/putrinya tentang materi pembelajaran di sekolah. Sehingga ada control terhadap proses dan kemajuan pembelajaran putra/putrinya. Selain itu bagi guru diharapkan dapat mengarahkan siswa agar dapat menemukan pemahamannya sendiri dengan selalu menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid. Bagaimanapun pengalaman belajar siswa inilah yang akan menjadi bekal masa depan, bukan nilai atau isi materinya, melainkan kebiasaan atau budaya belajar yang akan menentukan masa depan siswa.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar