Tugas 8.4 C Perlawanan Rakyat Terhadap Kolonialisme Barat



Tidak terasa sudah masuk penghujung bulan April 2019. Setelah kalian mempelajari materi Perlawanan Terhadap Koloninalisme Barat. Tiba saatnya menguji pemahaman kalian dengan mengerjakan kuis. Perhatikan langkah-langkah berikut :
  • Berdoalah sebelum mulai mengerjakan.
  • Buka browser di HP/Komputer/Laptop mu.
  • Ketik Alamat https://quizizz.com/join/game-code atau klik Mulai Kerjakan di akhir artikel
  • Masukan Code Game : 320162
  • Masukan Identitas dengan format Kelas spasi Namamu contoh: 8A Adit
  • Klik START untuk memulai
  • Pilihlah salah satu jawaban dengan mengklik salah satu jawaban
  • Waktu mengerjakan setiap soal adalah maksimal 3 menit
  • Skor akan muncul apabila sudah selesai mengerjakan.
  • Batas waktu mengerjakan sampai dengan hari Minggu, 5 Mei 2019, pukul 21.00 WIB

Mulai Kerjakan

Code Game: 320162
Share:

Perlawanan Terhadap Persekutuan Dagang

Sultan Baabullah Melawan Portugis

Raja Ternate yang sangat gigih melawan Portugis adalah Sultan Hairun. Beliau dengan tegas menentang usaha Portugis untuk melakukan monopoli perdagangan di Ternate. Rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan. Rakyat menyerang dan membakar benteng-benteng Portugis. Portugis kewalahan menghadapi perlawanan tersebut. 

Dengan kekuatan yang lemah, tentu saja Portugis tidak mampu menghadapi perlawanan. Oleh karena itu, pada tahun 1570 dengan licik Portugis menawarkan tipu perdamaian. Sehari setelah sumpah ditandatangani, de Mosquito mengundang Sultan Hairun untuk menghadiri pesta perdamaian di benteng. Tanpa curiga Sultan Hairun hadir, dan kemudian dibunuh oleh kaki tangan Portugis.

Peristiwa ini menimbulkan kemarahan besar bagi rakyat Maluku dan terutama Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun. Bersama rakyat, Sultan Baabullah bertekad menggempur Portugis. Pasukan Sultan Baabullah memusatkan penyerangan untuk mengepung benteng Portugis di Ternate. Lima tahun lamanya Portugis mampu bertahan di dalam benteng yang akhirnya menyerah pada tahun 1575 karena kehabisan bekal. Kemudian Portugis melarikan diri ke Timor Timur.

Perlawanan Aceh

Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Aceh Darussalam. Melihat kemajuan Aceh ini, Portugis selalu berusaha menghancurkannya, tetapi selalu menemui kegagalan. Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah sebagai berikut. 

1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528) 
Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis.

2. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568) 
Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.

3. Sultan Iskandar Muda (1607–1636) 
Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis adalah Iskandar Muda.

Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka. Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841). Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan Safiatuddin (1641–1675), Aceh tidak bisa berbuat banyak mempertahankan kebesarannya.

Perlawanan Sultan Hasanudin

Ketika VOC datang ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Makassar juga dijadikan daerah sasaran untuk dikuasai. VOC melihat Makassar sebagai daerah yang menguntungkan karena pelabuhannya ramai dikunjungi pedagang dan harga rempah-rempah sangat murah. VOC ingin menerapkan monopoli perdagangan namun ditentang oleh Sultan Hasanuddin. 

Pada bulan Desember 1666, armada VOC dengan kekuatan 21 kapal yang dilengkapi meriam, mengangkut 600 tentara yang dipimpin Cornelis Speelman tiba dan menyerang Makassar dari laut. Arung Palaka dan orang-orang suku Bugis rival suku Makassar membantu VOC menyerang melalui daratan. Akhirnya VOC dengan sekutu-sekutu Bugisnya keluar sebagai pemenang. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang berisi:
  1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
  2. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
  3. Bone dan kerajaan-kerajaan Bugis lainnya terbebas dari kekuasaan Gowa.
  4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
Sultan Hasanuddin tetap gigih, masih mengobarkan pertempuran-pertempuran. Serangan besar-besaran terjadi pada bulan April 1668 sampai Juni 1669, namun mengalami kekalahan. Akhirnya Sultan tak berdaya, namun semangat juangnya menentang VOC masih dilanjutkan oleh orang-orang Makassar. Karena keberaniannya itu, Belanda memberi julukan Ayam Jantan dari Timur kepada Sultan Hasanuddin.

Perlawanan Mataram Terhadap VOC

Setelah berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC (Kompeni) di Batavia. VOC di bawah pimpinan Jan Pieterzoon 
Coen berusaha mendirikan benteng untuk memperkuat monopolinya di Jawa. Niat VOC (kompeni) tersebut membuat marah Sultan Agung sehingga mengakibatkan Mataram sering
bersitegang dengan VOC (kompeni)

Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya, menyusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yaitu Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa.

Serangan kedua dipersiapkan dengan lebih matang. Serangan dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami kegagalan karena kekurangan bahan pangan, senjata, terserang wabah penyakit, dan kelelahan setelah menempuh jarak yang jauh.
Share:

Perang Paderi (1803 – 1838)



Peristiwa ini berawal dari gerakan Paderi untuk memurnikan ajaran Islam di wilayah Minangkabau, Sumatra Barat. Perang ini dikenal dengan nama Perang Paderi karena merupakan perang antara kaum Paderi/kaum putih/golongan agama melawan kaum hitam/kaum Adat dan Belanda.

Tokoh-tokoh pendukung kaum Paderi adalah Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kota Tua, Tuanku Mensiangan, Tuanku Pasaman, Tuanku Tambusi, dan Tuanku Imam.

Jalannya Perang Paderi dapat dibagi menjadi 3 tahapan
1 ) Tahap I, tahun 1803 – 1821
Ciri perang tahap pertama ini adalah murni perang saudara dan belum ada campur tangan pihak luar, dalam hal ini Belanda. Perang ini mengalami perkembangan baru saat kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda. Sejak itu dimulailah Perang Paderi melawan Belanda.

2 ) Tahap II, tahun 1822 – 1832
Tahap ini ditandai dengan meredanya pertempuran karena Belanda yang makin melemah berhasil mengadakan perjanjian dengan kaum Paderi. Pada tahun 1825, berhubung dengan adanya perlawanan Diponegoro di Jawa, pemerintah Hindia Belanda dihadapkan pada kesulitan baru. Kekuatan militer Belanda terbatas, dan harus menghadapi dua perlawanan besar yaitu perlawanan kaum Paderi dan perlawanan Diponegoro.

Oleh karena itu, Belanda mengadakan perjanjian perdamaian dengan Kaum Paderi. Perjanjian tersebut adalah Perjanjian Masang (1825) yang berisi masalah gencatan senjata di antara kedua belah pihak.

Setelah Perang Diponegoro selesai, Belanda kembali menggempur kaum Paderi di bawah pimpinan Letnan Kolonel Ellout tahun 1831. Kemudian, disusul juga oleh pasukan yang dipimpin Mayor Michiels.

3 ) Tahap III, tahun 1832 – 1838
Perang pada tahap ini adalah perang semesta rakyat Minangkabau mengusir Belanda. Sejak tahun 1831 kaum Adat dan kaum Paderi bersatu melawan Belanda yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.

Pada tanggal 16 Agustus 1837 jam 8 pagi, Bonjol secara keseluruhan diduduki Belanda. Tuanku Imam mengungsi ke Marapak.

Pertempuran itu berakhir dengan penangkapan Tuanku Imam, yang langsung dibawa ke Padang. Selanjutnya atas perintah Letkol Michiels, Tuanku Imam diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1838. Kemudian pada tahun1839 dipindah ke Ambon. Tiga tahun kemudian dipindah ke Manado sampai meninggal pada tanggal 6 November 1964 pada usia 92 tahun.


Share:

Pengaruh Kebijakan Kerja Paksa

Sumber: https://properti.kompas.com/read/2017/07/04/165701321/tol.trans-jawa.jalan.pos.dan.dua.jalan.daendels.di.pulau.jawa

Setelah VOC dinyatakan bubar, kekuasaan VOC kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini secara tidak langsung memengaruhi koloni Belanda di Indonesia. Perubahan politik yang terjadi di Belanda, merupakan pengaruh revolusi yang dikendalikan oleh Prancis. Dalam revolusi tersebut, kekuasaan raja Willem V runtuh, dan berdirilah Republik Bataaf. Tidak lama kemudian Republik Bataaf juga dibubarkan dan Belanda dijadikan kerajaan di bawah pengaruh Prancis, sebagai rajanya adalah Louis Napoleon.

Pada tanggal 1 Januari 1808 Louis Napoleon kemudian mengirim Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal dengan tugas utama mempertahankan pulau Jawa dari ancaman Inggris. Juga diberi tugas mengatur pemerintahan di Indonesia. Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, karena Inggis telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda. Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh Daendels, antara lain sebagai berikut. 
a. Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
b. Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
c. Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
d. Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang ± 1.100 km. 

Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut Daendels menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Selain menerapkan kerja paksa Daendels melakukan berbagai usaha untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Mengadakan penyerahan hasil bumi (contingenten).
b. Memaksa rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah Belanda dengan harga murah (verplichte leverantie
c. Melaksanakan (Preanger Stelsel), yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
d. Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti kepada Han Ti Ko seorang pengusaha Cina.

Kebijakan yang diambil Daendels sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Berikut kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat.
a. Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan kegiatan perdagangan.
b. Melarang penyewaan desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam, dan sarang burung.
c. Menerapkan sistem kerja paksa (rodi) dan membangun ketentaraan dengan melatih orang-orang pribumi.
Share:

Pengaruh Monopoli Perdagangan


Sumber: http://oino.site/media/1970309073984659371

Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan. Bagaimanakah dampak monopoli? Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai contoh, pada saat melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia, VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Karena produsen sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual, harganya sangat turun. Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang sangat tinggi.

Padahal di awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi hubungan penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih dari sekedar jual beli. Itulah yang memicu kekecewaan, kebencian, dan perlawanan fisik.

VOC semula meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi, dalam perkembangannya menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya, VOC bukan hanya menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.

Hak-hak istimewa (oktroi) yang dimiliki VOC berisi sebagai berikut :
a) Hak mencetak uang.
b) Hak memiliki angkatan perang.
c) Hak memerintah daerah yang diduduki.
d) Hak melakukan perjanjian dengan raja-raja.
e) Hak memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Dampak kegiatan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di Indonesia (nusantara saat itu) memang lebih condong ke sisi negatif (bisa dibilang kebanyakan dampak buruknya), namun disisi lain ada juga dampak positif yang dapat dipetik dan diambil pelajarannya.

1) Dampak positif monopoli perdagangan :

  • Banyak bangsa asing (Eropa, Asia, Timur Tengah) yang melakukan kegiatan perdagangan di  Nusantara, akibatnya aktivitas dagang menjadi semakin ramai.
  • Pedagang pribumi memperoleh informasi hasil rempah-rempah yang lakudipasar internasional.
  • Selain itu, mereka juga lebih mengetahui tata cara perdagangan.
  • Pedagang pribumi melakukan hubungan dengan bangsa lain.
2) Dampak negatif monopoli perdagangan :
  • Rakyat harus menjual hasil rempah-rempah kepada pihak VOC
  • Pendapatan menurun karena harga ditentukan oleh VOC
  • Menurunnya jumlah penduduk, disebabkan karena pembantaian massal.
  • Penderitaan fsik rakyat Indonesia karena bekerja terlalu keras.
  • Produksi padi menurun, karena tanaman ini tidak laku di pasaran internasional.
  • Banyaknya rakyat kelaparan dan mengalami kematian  

VOC mengalami kebangkrutan pada akhir abad XVIII yang disebabkan oleh korupsi dan manajemen perusahaan yang kurang baik. Akhirnya, tanggal 13 Desember 1799, VOC dibubarkan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi jajahan Pemerintah Belanda, atau sering disebut masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Share: